JAKARTA – Bayang-bayang ancaman siber menghantui Indonesia. Di berada dalam pesatnya digitalisasi, kerentanan terhadap serangan siber semakin nyata. Menyadari urgensi ini, Presiden Prabowo Subianto mengambil langkah tegas dengan menginstruksikan pembentukan Computer Security Incident Response Team (CSIRT) pada setiap lembaga negara.
Langkah strategis ini merupakan respons melawan meningkatnya insiden siber dalam Indonesia. Fakta Badan Siber juga Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan fakta mengerikan: pada 2023 tercatat lebih tinggi dari 403 jt anomali lalu 347 dugaan insiden siber serius, dengan kebocoran data sebagai insiden terbanyak.
“Insiden besar seperti kebocoran data di dalam beberapa instansi pemerintah semakin menekankan permintaan mendesak akan CSIRT,” ungkap sumber internal BSSN.
CSIRT: Benteng Perlindungan ke Bumi Maya
CSIRT berperan sebagai grup elit di bola keamanan siber. Mereka bertanggung jawab untuk melindungi sistem dan juga data dari ancaman siber, mendeteksi serangan, merespons insiden dengan cepat, kemudian memulihkan sistem yang dimaksud terkena dampak.
“Mulai threat hunting hingga incident handling, CSIRT memainkan peran kunci di melindungi kelangsungan layanan digital lembaga-lembaga pemerintahan,” jelas Muhammad Haikal, SOC Operation Manager PT Datacomm Diangraha.
Muhammad Haikal mengatakan, keamanan siber tidak sekadar perihal teknologi canggih, tetapi juga mencakup kesiapan kelompok seperti CSIRT kemudian prosedur yang dimaksud mampu merespons insiden dengan cepat. “Ketahanan siber (cyber resilience) berubah menjadi kunci untuk meminimalkan dampak gangguan akibat serangan siber,” tambahnya.
PT Datacomm Diangraha (Datacomm) mengaku menyediakan solusi komprehensif untuk mendirikan CSIRT efektif dan juga tangguh lewat layanan keamanan siber DTrust.
“Kami fokus pada pendekatan yang menyeluruh untuk menciptakan CSIRT yang mana siap menghadapi bermacam jenis ancaman siber,” tambah Haikal.
Haikal mengatakan ada banyak hal yang dimaksud dibutuhkan untuk memulai pembangunan layanan CSIRT yang mana tangguh. Misalnya, pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi tim CSIRT pada mendeteksi, menganalisis, dan juga merespons insiden siber.
Kemudian, prosedur deteksi dini untuk mengidentifikasi ancaman siber sejak awal. “Panduan dan juga dukungan untuk memverifikasi pemulihan sistem yang dimaksud cepat serta efektif pasca-insiden juga penting,” bebernya.
Terakhir, adalah informasi terkini tentang ancaman siber dan juga merekomendasikan teknologi keamanan yang dimaksud sesuai dengan keperluan spesifikorganisasi.
Artikel ini disadur dari Cegah Kebocoran Data, Begini Cara Indonesia Tangkal Ancaman Siber!
Post Views: 4