MEDAN – Sepintas, Monika Sihombing semata-mata peniaga kelontongan biasa. Sehari-hari beliau berdagang dalam Pasar Nawacita di dalam Desa Sampali, Kecamatan Percut Seituan, Daerah Deliserdang, Sumatra Utara.
Perawakan perempuan paruh baya itu begitu luwes namun masih tegas. Seolah menggambarkan keberadaan orang-orang pada lingkungan ekonomi yang tersebut sangat dinamis serta keras.
Namun, bagi pedagang serta pengunjung Pasar Nawacita, Monica adalah sosok perintis kemajuan. Bagaimana tidak, perempuan yang dimaksud memulai bidang usaha bermodal Rp150 ribu pada lapak seluas tiga meter persegi itu bertransformasi berubah jadi penjual besar dengan modal mencapai beratus-ratus jt rupiah.
Kesuksesan Monica berawal pada 2018, pada waktu ia mulai bergabung berubah jadi Mitra Bukalapak. Monica yang tersebut awalnya hanya saja mengedarkan produk-produk kelontongan juga sembako, saat ini bergabung berjualan item virtual.
“Awalnya saya hanya sekali mengirimkan barang keinginan sehari-hari. Tapi kemudian saya juga melayani beragam proses barang virtual seperti item digital serta keuangan lewat program Mitra Bukalapak,” kata Monika pada waktu bincang-bincang Mitra Bukalapak sama-sama awak media ke Potte Cafe, Jalan Dr. Mansyur, Daerah Perkotaan Medan, Awal Minggu (20/5/2024) lalu.
Ikut hadir di kesempatan itu, AVP Brand Marketing juga Partnership Mitra Bukalapak, Gitaditya Witono.
Monika merupakan penjual pertama dalam Pasar Nawacita yang menjalin kerjasama dengan Mitra Bukalapak. Belakangan langkahnya berbagai disertai penjual lain seiring suksesnya Monika mengoleksi pundi-pundi cuan dari perusahaan produk-produk virtualnya.
“Banyak yang membeli pulsa, token listrik atau kirim uang. Bahkan yang tersebut sudah ada lama kenal oleh sebab itu banyak belanja, merekan simpan nomor ponsel saya juga kalau butuh produk-produk digital, merekan instruksi lewat WhatsApp saja. Bayar belakangan ketika nanti dia ke pasar. Tempo paling lama satu minggu,” kata Monika.
Transformasi kegiatan bisnis Monika tidaklah hanya saja menciptakan peningkatan pendapatan 2 hingga 3 kali lipat, tetapi juga berhasil meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Berkat perdagangan komoditas virtual, ia berhasil bangkit dari masa sulit pasca insiden kebakaran yang mana menghanguskan rumah tempat tinggalnya beberapa waktu lalu.
Peran Monika sebagai agen inklusi finansial kemudian tak semata-mata sebatas memenuhi keperluan pelanggan dengan komoditas virtual.
Artikel ini disadur dari Transformasi Pedagang Kelontong: dari Pasar Tradisional ke Jutawan Produk Digital
Post Views: 3