JAKARTA – Jumlah penderita penyakit kencing manis melitus dalam bola semakin meningkat. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF), Negara Indonesia menduduki peringkat kelima dengan jumlah
penderita penyakit kencing manis sebanyak-banyaknya 19,5 jt dalam tahun 2021 lalu diprediksi akan berubah menjadi 28,6 jt pada 2045.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Cindya Klarisa, Sp.PD pada diskusi bertema “Life is Sweeter without Sugar” di Ibukota belum lama ini mengatakan, penyakit kencing manis merupakan ancaman kritis bagi rakyat Indonesia, teristimewa jikalau tidaklah diobati atau tak ditangani sejak dini.
“Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serta keadaan kesejahteraan kritis lain. Publik Nusantara harus lebih tinggi tanggap terhadap gejala penyakit kencing manis dan juga mengambil langkah proaktif untuk mencegahnya dengan menerapkan pola hidup sehat. Hal ini meliputi melindungi pola makan seimbang, mengempiskan asupan gula, berolahraga secara teratur, merawat berat badan ideal, kemudian mengurus stres,” kata dr. Cindya Klarisa.
Diperlukan komitmen untuk melakukan langkah-langkah pencegahan penyakit tersebut. Mulailah dengan cara simpel juga rutin untuk memperkuat pola hidup sehat.
“Bagi dia yang tersebut berisiko terkena diabetes, sangat penting untuk memantau kadar gula darah secara teratur juga berkonsultasi dengan tenaga kesehatan,” imbuh dr. Cindya Klarisa.
Dokter Cindya Klarisa juga menyoroti pentingnya menurunkan asupan gula pada pola hidup sehari-hari. Gaya hidup perkotaan yang mana dinamis, rutin kali menimbulkan kesejahteraan terabaikan. Pola yang tidak
seimbang, kurangnya aktivitas fisik, dan juga konsumsi gula yang dimaksud besar bermetamorfosis menjadi unsur risiko diabetes.
Berdasarkan rekomendasi kesehatan, batas konsumsi gula harian sebaiknya tidak ada melebihi 50 gram (empat sendok makan) atau 10 persen dari total energi (200 kkal). Oleh sebab itu, menghindari
makanan dan juga minuman dengan isi gula akan lebih lanjut baik bagi kesejahteraan tubuh.
Berkaca dari tradisi pendatang Jepun yang digunakan selama berabad-abad menggemari teh hijau tanpa penambahan gula untuk mempertahankan kesehatan, ITO EN, produsen teh terkemuka di Jepang, meyakini
teh hijau sebagai anugerah alami dari bumi yang tersebut harus dibagikan ke seluruh globus oleh sebab itu manfaatnya bagi kesehatan.
“Di Jepang, teh hijau merupakan salah satu minuman utama yang digunakan dikonsumsi secara teratur seperti air mineral, kemudian dikenal luas akan dampak positifnya bagi kesehatan. Sejak 2013, ITO EN hadir di dalam Indonesia, menawarkan pilihan yang dimaksud lebih lanjut sehat walafiat bagi dia yang digunakan ingin menjalankan gaya hidup seimbang dengan produk-produk yang mana tepat. Terbuat dari 100% daun teh hijau Jepang, ITO EN bukan mengandung gula/pemanis serta nol kalori, menjadikannya pilihan yang aman kemudian menyegarkan bagi semua orang, di antaranya penderita diabetes,” beber Kusumo Sutowo, Head of Administration Division ITO EN Indonesia, pada kesempatan yang digunakan sama.
“Selain itu, komposisi penangkal radikal dan juga katekinnya membantu melindungi tubuh dari radikal bebas yang tersebut berbahaya, meningkatkan fokus juga tingkat energi, cocok untuk generasi muda Nusantara yang digunakan berpartisipasi kemudian dinamis, yang mempunyai jadwal padat lalu beragam aktivitas,” lanjutnya.
Selain menerapkan gaya hidup baik dengan mengatur pola makan juga membatasi asupan gula, aktivitas fisik rutin akan membantu mencegah risiko kencing manis oleh sebab itu miliki khasiat utama bantu
menurunkan kadar gula darah, menghindari kegemukan, juga menurunkan tekanan darah.
Menyadari tantangan yang tersebut terbentuk di dalam rakyat Indonesia, ITO EN pun berjanji untuk terus membantu gaya hidup yang tersebut lebih tinggi segar dengan memberikan edukasi pada komunitas agar bijak di memilih item yang dimaksud baik bagi tubuh. Salah satunya melalui kampanye “Life is Sweeter without Sugar” yang digunakan merek usung.
Artikel ini disadur dari Cegah Diabetes, Konsisten Lakukan Cara Simpel Ini